Malaga sebetulnya tampil luar biasa di pertandingan itu. Sebagai tim debutan, mereka tak terlihat grogi mengawali perempat final yang sarat tekanan. Malah, tuan rumah Borussia Dortmund dibuatnya keta-ketir dengan kombinasi permainan atraktif anak-anak Andalusia.
Malaga bahkan sempat memimpin dua kali dalam pertandingan itu. Joaquin membawa malaga unggul babak pertama, namun disamakan Lewandowski. Eliseu membuat Malaga berharap banyak dengan golnya menit 82. Setidaknya mimpi itu bertahan hingga menit 90.
Akhirnya Marco Reus dan Felipe Santana membuyarkan mimpi indah Malaga. Dua golnya pada menit 90+1 dan 90+2 mengubur dalam-dalam harapan tim Andalusia menapaki empat daftar terbaim Eropa musim ini.
Namun bagi pelatih Pellegrini, wasitlah yang membuat pertandingan ini berakhir kemanangan untuk tuan rumah. Ia mengkritik kepemimpinan wasit dan menilai terlalu membiarkan pemainnya "didorong, ditendang, bahkan disikut" pemain Dortmund, tanpa memberikan pelanggaran bagi tuan rumah.
"Setelah kami mencetak gol kedua, tidak ada lagi wasit dalam pertandingan," kata Pellegrini sebagaiman dilansir Soccerway.
"Mereka mednoroang kami, menendang kami, bahkan menyikut kami dengan siku serta pelanggaran lainnya. Tapi, wasit tak memberikan (hukuman) pelanggaran bagi mereka."
Ia bahkan menilai gol Felipe Santana yang dicetak menit 90+2 tidak seharusnya disahkan. "Untuk gol terakhir, mereka offside dua kali saat mencetak gol. Tapi wasit tidak memberikannya lagi (tidak meniup peluit offside). Kami ingin menjaga penguasaan bola, tapi sangat sulit dalam kondisi seperti itu." | Taufik Husni | Foto: malagacf.com