Saat Tiki Taka Kehilangan Magisnya, dan Angka Statistik Tak Ada Gunanya

SEBELUM Anda membaca lebih jauh artikel ini, perlu disebutkan bahwa ini hanya membahas tentang statistik leg pertama semifinal Liga Champion antara Bayern Muenchen Vs Barcelona. Pertandingan ini mentas di Allianz Arena, stadion keramat kebanggaaan warga Munich yang menjadi homebase Bayer Muenchen. Dalam pertandingan itu, Barcelona harus menerima gelontoran gol empat kali tanpa (peluang) membalasnya. 

Tiki-taka. Apalagi yang lebih fenomena dalam sepak bola abad 21 selain permainan satu-dua ala Barcelona itu? Rasa-rasanya, seperti menjawab pertanyaan siapa orang Jepang yang lahir di puncak Gunung Merapi saat meletus: Kurasa Takada. Hehe

Barcelona, si pemilik tiki-taka itu menikmati betul kejayaan sebagai klub sepak bola sejak aliran one touch pass -satu kali sentuh, oper- itu direinkarnasi oleh Frank Rijkaard pada 2006. (Kita akan berbicara mengenai sejarah tiki-taka pada lain artikel).

Sejak itu, Barca menjadi raja baru sepak bola Eropa, bahkan dunia. Dengan tiki-taka, Barcelona telah membawa tiga gelar Champion ke Camp Nou hanya dalam rentang tujuh tahun.

Dalam enam tahun terakhir, Barcelona selalu lolos ke babak empat besar Liga Champion. Belum pernah satu pun tim lain menorehkan prestasi serupa sejak format Liga Champion diperkenalkan. Tiga di antaranya menjuarai Liga Champion. Yakni pada 2006, 2009, dan 2011. Semunya, dengan magis tiki-taka.

Lalu Spanyol, yang diperkuat dominan pemain Barcelona, mengkopi sempurna taktik itu. Dan hasilnya, Spanyol juga meraih kesuksesan tertinggi dalam sejarah sepak bola mereka dengan memenangkan secara beruntun Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Belum ada satu pun negara di dunia yang mengawinkan dua juara kompetisi regional tingkat benua, dan menjuarai satu piala dunia dalam rentang kejuaraan beruntun.

Sebelum tiki taka dikenal, Barca hanya punya satu gelar Liga Champion. Dan Spanyol, yang mengkloning tiki-taka Barca ke timnas Matador hanya punya satu koleksi Piala Eropa. Dan sejak 2006 hingga kini, Barcelona sudah mengoleksi empat gelar Liga Champion dan Spanyol telah menambah dua Piala Eropa dan satu Piala Dunia.  Semuanya dengan magis tiki-taka.


Dengan bekal tiki-taka pula, Barcelona kembali menjadi unggulan di kejuaraan paling prestisius di Eropa untuk tingkat klub tahun 2013 ini. Apalagi ada fakta unik non-teknis, Barcelona punya keberuntungan lebih di Liga Champion dalam empat tahun terakhir. Setiap musim ganjil, mereka jadi juara. 2009 dan 2011 contohnya. Maka, 2013 diharapkan 'tahun ganjil' itu kembali membawa peruntungan bagi Los Azulgrana.

Line up kedua tim. Infografis who scored
Namun melihat pertandingan tadi malam, sepertinya peruntungan itu hilang adanya (jika tak boleh sama sekali dikatakan mustahil). Barcelona dipermak habis-habisan di Allianz Arena, dengan Mueller (dua kali), Gomez, dan Robben sebagai tokoh antagonisnya.  

Dari awal, saya memang sudah mengira Barcelona akan kalah dalam semifinal leg I ini. Bayern punya sesuatu yang dapat ditawarkan untuk untuk meladeni semifinalis tahun lalu it.  Tapi, tak sebesar ini. Tak mungkin se-tragis ini, pikir saya. Tapi inilah uniknya sepak bola, selalu ada faktor kejutan yang membuatnya kian berharga.

Barcelona, pemilik tiki-taka yang kesohor itu, rupa-rupanya tak bisa berbuat banyak kala meladeni tantangan tuan rumah Bayern Muenchen tadi malam. Catatan statistik possesion mereka memang mengagumkan, tapi tak sama sekali membahayakan gawang Bayer Muenchen. Tiki taka, tadi malam, kehilangan magisnya.

Statistik Muenchen Vs Barca versi soccerway
Sebagaimana dicatat Soccerway, Barcelona, seperti biasa tetap memegang penguasaan bola sebanyak 63 persen. Dan Muenchen, meski bermain sebagai tuan rumah, hanya kebagian sisanya, 37 persen. Situs lain yang mencatat statistik pertandingan ini, Who Scored, juga mencatat angka nyaris serupa, 66 persen untuk Barca dan 34 persen untuk Muenchen. Hanya beda tiga persen.

Tapi mari kita berbicara statistik dari who scored saja. Pengusaan 66 persen untuk Barca berbanding 34 untuk Muenchen ini besar selisihnya. Apalgi untuk ukuran tim yang sama-sama raksasa Eropa: Barca dan Muenchen sama-sama telah mengoleksi empat gelar Liga Champion.
Statistik Muenchen Vs Barca dari who scored. Barca unggul semu

Jika kita buat hitung-hitungan matematis, angka 66 persen penguasaan bola itu mencengangkan. Bayangkan saja, 66 persen itu artinya 66 dikali 94 (jumlah menit pertandingan sudah termasuk tambahan waktu), kemudian dibagi 100. Hasilnya merupakan jumlah berapa menit Barcelona memegang bola dalam  pertandingan melawan Munich itu. Dan berapa hasilnya? 62,04. Itu artinya,dalam 94 menit pertandinga, lebih dari 62 menit bola berada dalam pengusaan kaki anak-anak Catalan. Hampir sepertiga pertandingan!

Lalu apakah berbading lurus dengan hasil pertandinga? Jauh, Bung. Sangat jauh. Sepanjang pertandingan, Barca hanya bisa membahayakan empat kali gawang Bayern Muenchen. Dua kali melalui Marc Bartra, satu kali melalui Pique, dan satu kali melalui Lionel Messi.

Sialnya, hanya satu dari empat percobaan yang mengarah ke gawang. Itu pun oleh Marc Bartra pada menit 69, pemain muda yang ditugaskan menggantikan Carlos Puyol itu. Selebihnya, tak sekalipun Manuel Neur harus berjibaku menyelamatkan gawangnya. Lionel Messi sendiri, yang biasanya hadirnya saja sudah menggertak tim lawan, tak jelas kontribusinya dalam pertandingan itu.

Messi. magisnya hilang di Allianz Arena
Statistik terbalik justru dipunyai Bayer Muenchen. Dengan Barca mengusai lebih dari 62 menit, Berarti Muenchen hanya punya 32 menit (sekali lagi dengan asumsi pertandingan 94 menit, 90 menit waktu normal, dan empat menit waktu tambahan/injury time) untuk menguasai bola. Dan hasilnya, empat kali Valdez memungut bola di gawangnya, sesuatu yang mungkin hanya dibayangkan Valdes bisa terjadi hanya dalam sesi latihan Barcelona.

Dalam kesempatan yang dua kali lipat lebih minim dibanding Barcelona menguasi pertandingan, Bayern mampu melesakkan 15 kali percobaan. Tujuh di antaranya mengarah ke gawang, empat berbuah gol.

Uniknya, kita bisa memperbandingkan seperti ini: Barcelona menguasai 62 menit pertandingan, sisanya 32 menit untuk Bayern Muenchen. Ini artinya 1:2. Satu menit Bayern memegang kendali, dua menit mereka kehilangan bola.

Dalam perbandinngan 1:2 ini, Bayern justru empat kali lebih efektif. Buktinya, dalam perbadingan pengusaan bola yang sama, Bayer bisa menghasilkan 15 peluang dan Barca hanya empat (Ingat, penguasaan bola Barca dua kali lebih banyak dibanding Bayern). Artinya, dalam setiap satu peluang gol Barcelona; ada empat peluang gol Bayern Muenchen!

Lalu kemana banyaknya penguasaan bola yang mencapai 66 persen itu? Jawabnya, adalah berkutat di lini tengah dan area sendiri. Di lini tengah, Barcelona memenangkan 47 persen duel bola ketimbang Die Roten. 47 persen penguasaan lini tengah yang tak berguna, 62 persen penguasaan bola yang sia-sia.

Pertandingan memang belum usai. Masih ada 90 menit di Camp Nou pekan mendatang. Namun, dengan kekuatan Muenchen sekarang, sulit membayangkan Barcelona mengulang comeback luar biasa seperti saat menyingkirkan Milan.

Tapi hingga leg II datang, mungkin sejenak kita bisa berkata: di Allianz Arena, di depan 68.000 pasang mata yang memadati stadion, tiki taka kehilangan magisnya, dan angka statistik tak lagi berguna. | Erte Dipulo | Foto: huffingtonpost.co.uk