Padahal, jika melihat skuad mereka, Tahiti hanyalah tim gurem nan semenjana. Hanya ada satu pemain profesional di timnas Tahiti. Selebihnya adalah para pemain yang nyambi sepak bola di sela-sela pekerjaan utama mereka sebagai akuntan publik atau tenaga pengajar. Bahkan, sembilan di antara mereka, termasuk kapten Nicolas Vallar, adalah pengangguran.
Karena itu, tak heran Tahiti hanya menjadi pengibur di Piala Konfederasi. Dalam tiga pertandingan grup, mereka menjadi bulan-bulanan tim lawan macam Nigeria, Spanyol, dan Uruguay.
Pun demikian, hal itu tak pernah disesalkan oleh Tahit. Sebagai tim yang tak punya tradisi sepak bola yang mengakar, mereka justru bangga pernah tampil menghadapi tim kuat sepak bola dunia.
Lalu bagaimana posisi mereka di peringkat FIFA kini? Sejalan dengan hasil di Piala Konfederasi, mereka juga terjun bebas di peringkat FIFA.
Sebelumnya Tahiti sempat berada di peringkat 138, berkat menjadi juara Piala Oceania. Tapi hasil buruk di Konfederasi membuat mereka terjun 16 posisi dari peringkat sebalumnya. Kini, Tahiti berada di peringkat 154 FIFA.
Namun demikian, posisi itu masih jauh lebih baik ketimbang Indonesia yang berada di peringkat 168. | Manah Rusli | Foto: